Minggu, 31 Agustus 2014

Peringatan 200 Tahun Ditemukannya Borobudur

Awalnya, candi Borobudur masih menjadi suatu misteri. Hingga pada 1814, atas informasi dari masyarakat setempat, seorang peneliti berkebangsaan Inggris Thomas Stamford Raffles, melakukan penggalian berdasarkan informasi tersebut di daerah Magelang, Jawa Tengah. 

Kemudian ia menuliskan laporan temuannya itu pada bukunya The History of Java tahun 1817.
Beberapa studi menunjukkan candi Borobudur didirikan pada zaman Mataram Kuno (dinasti Sailendra) abad ke-9. Nama Borobudur itu sendiri disebut-sebut dalam kitab Negarakertagama zaman kerajaan Majapahit dengan kata “Budur” atau tempat pemujaan. Disebutkan pula, tempat tersebut dibebaskan dari pajak karena sebagai tempat pemujaan yang suci.


Namun, pertanyaan mengapa candi Budha terbesar di dunia ini ditinggalkan belum diketahui jawabannya dengan pasti. Ada dugaan karena bencana letusan gunung Merapi.

Setelah ditemukan kembali, candi Borobudur mengalami beberapa kali restorasi. Belanda melakukan pemugaran pada 1907-1911, dilanjutkan pemerintah Indonesia dan UNESCO pada 1973-1983. Dunia pun kemudian mengakuinya sebagai Situs Warisan Dunia pada 1991. Pengakuan ini menjadi bukti tinggi dan agungnya peradaban nenek moyang bangsa Indonesia.

Tahun 2014, tepat 200 tahun kemudian, candi Borobudur masih berdiri dengan kokoh dan megah. Direktur Cagar Budaya dan Permuseuman, Harry Widianto, menilai momen ini sebagai masa yang panjang dalam perjalanan candi Borobudur, yang dihiasi dengan lebih dari 2600 relief dan 500an patung Budha, sebagai bukti adiluhung karya bangsa bernilai filosofi tinggi. “Kita perlu merenungkan kembali apa yang harus kita lakukan pada Borobudur ke depannya agar cagar budaya tersebut bisa selalu lestari dan bermanfaat bagi umat manusia, khususnya bagi bangsa Indonesia,” ujar Harry yang juga sebagai ahli paleoanthropologi ini.

Arti penting peristiwa 200 tahun silam adalah terungkapnya suatu peradaban tinggi hingga Borobudur dikenal dunia pada saat ini. Oleh karena itu, Harry berharap, hendaknya kita mengevaluasi diri bagaimana candi ini bisa bermanfaat tidak hanya sekedar objek wisata, tetapi juga bermanfaat bagi pembangunan kebudayaan, karakter bangsa, dan harga diri bangsa.

Sementara itu Kepala Balai Konservasi Borobudur, Marsis Sutopo, menyampaikan momentum peringatan 200 tahun ditemukannya candi Borobudur diperingati dengan menyelenggarakan rangkaian kegiatan, seperti seminar “Memaknai Kembali Candi Borobudur”, gelar wicara, peluncuran buku “Trilogi 100 Tahun Pascapemugaran Candi Borobudur”, perlombaan menggambar dan melukis bagi TK/SD, perlombaan cerdas cermat tingkat SMP, perlombaan fotografi untuk SMA dan umum, pameran, pagelaran seni dan pasar rakyat yang diikuti masyarakat sekitar.

“Semua kegiatan dilaksanakan agar masyarakat bisa secara langsung merasakan manfaat dari Candi Borobudur,” ujar Marsis melalui komunikasi telepon, jumat (29/08/2014).



Sumber: Kemdikbud

Artikel Terkait



0 komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Artikel via Email

Silahkan masukkan email Anda:

Delivered by FeedBurner